Mama, Aku Kena Razia!

Pertama kalinya seorang Aiman Imtihanah kena razia. Dan kalo boleh jujur, itu sangat menyeramkan. Lebih seram daripada bertemu dengan kecoa. Dan dari kejadian itu, gue gak mau lagi naik motor ke jalan raya. Kecuali.. kalo malem-malem. Hehe.Soalnya kan polisinya udah pada balik ke sarang. #AimanAnakNakal #PukulinAiman

Kejadian itu berawal dari kakak gue yang gak mau ngendarain motor (katanya sih pusing). Akhirnya gue yang ngendarain deh. Walaupun udah dilarang sama ibu, tapi kita santai aja. Soalnya si kakak gue kan bawa sim sama ktp. STNK pun ada. Jadinya, tenaaang...

Akhirnya gue pergi dan mengendarai motor gue. Seperti biasa, tiap gue ngendarain motor di jalan raya, serasa seneeeng.. banget. Soalnya bisa ngendarain dengan kecepatan tinggi. Sampe helmnya kebawa keatas gitu, kek mo copot. Kalo jalan komplek gitu kan, paling cuma sampe 20-40 km/jam.Jadinya ga rame. Gak feel free more than syahrini.

Gue berkendara dengan santai dan berjaya. Sampai akhirnya,gue berhenti karena lagi lampu merah (yaiyalah, masa jalan!). Gue nungguin.. Sampe lampunya ijo.

Menunggu.. Menunggu.. Dan menunggu.

Dan.. Akhirnya lampu lalu lintas pun berubah menjadi kuning, lalu ijo. Gue pun tancap gas.

Gak selang beberapa lama.. Ini kok macet ya? Semuanya pada tidin-tidin (baca:klakson) gak jelas. Gue menggerutu. Berhubung di depan gue ada mobil, Gue jadi gak tau apa yang sebenarnya terjadi. Dan.. Setelah mobil itu pindah ke jalur kanan...

Jengjengjeng...

Kira kira begini keajadiannya...

Pak polisi pun terlihat berjejeran. Semuanya pada nyetop motor-motor yang lewat. Widiih.. Keren! Disini gue masih santai. Ya,kakak gue kan surat-suratnya lengkap.Dan kita pun di setop juga sama salah satu polisi. Kita disuruh kepinggir. Dan.. Kepinggirlah kita.

Pakpol: "Selamat siang dek.. Boleh lihat surat-suratnya?"

Entah kenapa, gue yang asalnya santai banget, malah jadi gemeter. Asli gemeter. Tapi gak takut. Akhirnya gue meraih kunci motor dengan jari yang bergerak-gerak (baca: gemeter), dan mengambil STNK yang diselipin. Pak polisi pun ngambil, dan ngeliat sejenak.

Pakpol: "SIM nya mana?"

Gue melihat kakak gue. Kita paliat-liat. Kakak gue pun membuka dompetnya, dan mengeluarkan SIM nya.

Pakpol: "SIM pengemudinya.. Bukan SIM kamu.."

Gue tambah gemeter. Sampe kaki-kaki gue pun ikutan gemeter. Beneran. Asli.

Gue: "Gak ada pak..."
Pakpol: "KTP nya?"

Gue ngeliat kakak gue. Kakak gue pun hendak mengambil KTP nya.

Pakpol: "Bukan KTP kamu.. KTP pengemudi.."
Gue: "Gak ada juga pak.."
Pakpol: "Kalau kartu pelajar?"
Gue: "Ada pak.."
Pakpol: "Coba sini, mana?"
Gue: "Gak dibawa pak.." (Gubrak banget!)

Pak polisi diem sejenak.

Pakpol: "Gini ya, menurut pasal blabla (guelupa), pengemudi yang tidak membawa SIM itu tidak boleh. Dan harus ditindak lanjuti jika melanggar. Nih liat nih.

*ngeliatin buku undang undang gitu*

Yap.. Disitu tertera, yang gak punya sim dan gak bawa sim itu harus ditilang.

Pakpol: "Sekarang, karena pengemudinya gak punya SIM, harus ditilang. Tinggal milih, mau sidang, atau mau bayar ke BRI. Nanti saya kasih suratnya."
Kakak Gue: "Tapi pak, saya lagi pusing. Lagi sakit. Jadinya kalo nyetir takut terjadi apa-apa."
Gue: "Iya, pak.."
Pakpol: "Kalau begitu, naik angkot saja."
Kakak Gue: "Motornya?"
Pakpol: "Ya simpan di rumah."
Gue: "Ini bukan dari rumah pak." (Sebenarnya ini bukan alasan yang membantu)
Pakpol: "Yasudah, kalau begitu kenapa dipaksain pergi?"
Kakak gue: "Tadi ada acara penting pak.."
Pakpol: "Yang namanya melanggar ya tetap saja melanggar. Tadi juga banyak yang gak pake helm, karena alasannya dekat, dsb. Emangnya kamu kelas berapa?"
Gue: "Kelas 11 pak. 2 SMA."
Pakpol: "Kalo kamu(kakak gue)?"
Kakak gue: "Kuliah pak.."
Pakpol: "Semester berapa?"
Kakak gue: "Baru masuk, pak.."
Pakpol: "Tapi dek, yang namanya aturan ya tetap aturan. Karena pengemudi tidak memiliki SIM, maka harus tetap ditilang. Namanya siapa dek?"

Gue ngeliat kakak gue. Seakan bertanya, "Gimana iniiii?"

Kakak gue: "Gak bisa dilepas aja, pak?"
Pakpol: "Kalo dilepas nanti yang lainnya protes. Tadi juga ada yang dilepas, terus protes.. Nama kamu siapaa?"
Gue: "Aiman pak." (ini terpaksa bgt)
Kakak gue: "Pak lepas aja deh pak, yasudah, selanjutnya nanti saya yang mengemudi."
Pakpol: "Gak bisa, tetep aja, kan tadi yang mengemudi bukan kamu." (Polisi nyebelin)
Gue: "TAPI KAN ITU SIMNYA ADA, SAMA STNKNYA." (Gue kesel parah, tapi masih gemeter) (Ini ngebantu banget kan?)
Kakak gue: "Iya, pak.."

Pakpol diem sebentar.

Pakpol: "Yasudah, kali ini dibiarkan dulu. Lain kali jangan diulangi ya.."

*ngasihin STNK ke gue*

Gue+Kakak gue: "Iya.. Makasih, pak!"

YEEEEEE...!!! SELAMAAAAAAAAATTTTTT... GAK JADI DITILAAAANGGG..!! GAK JADI DIMARAHIN BABEEH! YEEEE!!!

Gue pun mundur, dan sekarang kakak gue yang mengemudi. Sebelum pergi, kakak gue menundukkan kepala kepada pakpol. Dan, kita langsung caw.

***

Nah, gitu ceritanya. Setelah mengalami kejadian itu, gue jadi ngerasain gimana perasaan otong yang kerjanya ditilang mulu. Pasti sedih, pasti deg-deg-an banget.Gue sangaaat mengerti.

Sebenernya dialog diatas gak semuanya. Cuman yang gue inget aja. Dan buat kalian semua yang belum pernah kena razia, saran gue sih, keep calm aja. Everything is under control. Nge les sebisa mungkin, dan berdo'a kepada yang Maha Kuasa. Hoho.

Atau, bisa juga minjem SIM temen yang fotonya mirip :)) Jangan lupa, dikantongin sebelum pergi, ya.

Mungkin itu aja sih, cerita gue kali ini. Yang punya cerita atau pengalaman seru juga seputar razia, bisa langsung tulis aja di comment box. Bye. Muah!